gak punya tulisan yang bisa di posting jadi kepikiran untuk cari hal hal yang layak untuk di posting [layak dalam sudut pandang mana ini ? -___-]
apa aja yang penting bermamfaat dan untuk menghidupkan kembali blog yang sudah lama mati suri ini :(
Dan aku persembahkan "Tugas PKN ku" [sepenting ngeblog] ^^
Upacara bendera?
Nasionalisme atau sekedar Formalitas paksaan?
Bendera merupakan salah satu identitas bangsa, didalam sebuah bendera tersirat dan tersimpan makna serta kisah bagaimana perjuangan para pahlawan untuk memerdekakan sebuah negara. Nah, melalui upacara bendera yang diselenggarakan di sekolah-sekolah lah penghargaan atas perjuangan para pahlawan kita terlihat.
Melalui upacara bendera diharapkan kian mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, serta membangkitkan peran siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan bangsa Indonesia memberi bukti betapa kemerdekaan adalah hal yang paling berharga dan dan sarat akan perjuangan. Dengan melihat itulah, upacara bendera seharusnya membuat generasi muda sadar dan menghargai perjuangan para pahlawan walau hanya dengan mengikuti upacara dengan khidmat.
Namun, dewasa ini bisa kita katakan banyak warga Indonesia malas melakukan upacara bendera, baik itu pegawai, siswa dan masyarakat umum. Bagi mereka upacara bendera hal yang sangat membosankan. Dan hanya bersifat seremonial.
Pelaksanaan upacara bendera dianggap biasa. Itu dikarenakan pola pikir generasi muda masa kini terhadap upacara bendera. berbeda dengan generasi jaman dulu. Kenapa?
Pada dasarnya upacara bendera adalah suatu kegiatan khusus untuk menghormati simbol-simbol negara, seperti: bendera, lagu kebangsaan, pahlawan dan lain sebagainya. Lebih dari itu upacara bendera sebenarnya sebagai cerminan nilai-nilai budaya bangsa dan merupakan ciri khas yang membedakan dengan negara lain.
Namun kita kehilangan makna peringatan kemerdekaan itu. Padahal kita tau bahwa kemerdekaan itu didapat dengan susah payah dengan penuh pengorbanan cucuran darah, keringat, air mata bahkan nyawa.
Saat ini semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin berkembangnya zaman, semakin rendah pula minat dalam mengikuti upacara bendera, padahal upacara bendera notabene adalah bentuk penanaman kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Pembahasan mengenai upacara bendera yang dihadapi masyarakat saat ini.
1. Zaman kita SD setiap hari Senin kita berseragam lengkap, baju rapi ditambah dasi dan tak lupa topi, saat bendera dikibarkan kita akan dengan hikmat menatap bendera dengan menyanyikan lagu Indonesia dengan mantap dan tegas. Tidak ada keluhan panas maupun bercandaan disela-sela upacara. Kita sangat menghargai upacara waktu itu, karena nilai-nilai pancasila dan patriotisme masih tertanam kuat dalam diri kita.
2. Memasuki zaman SMP. Berpanas-panas, dehidrasi, belum lagi kalau pidato inspektur upacara terlalu panjang, kadang kita terkesan tidak menghiraukan, ngobrol kanan kiri dan menggerutu kepanasan merupakan kejadian biasa yang dapat dilihat disetiap upacara bendera.
3. Zaman SMA, Upacara bendera yang seharusnya berjalan hikmat, dilakukan tanpa semangat karena alasan panas matahari yang cukup terik. Malahan saat ini banyak individu yang mengikuti upacara bendera hanya sekedar demi kewajiban untuk mengisi absensi. Belum lagi keluhan karena sepatu upacara harus hitam polos, itu terlihat tidak keren dan sebagainya, alasan klise remaja zaman sekarang.
4. Bukan itu saja banyak siswa yang lebih memilih tidak mengikuti upacara bendera dengan bersembunyi di kamar mandi atau pojok-pojok ruang kelas. Banyak alasan kenapa mereka melakukan itu, alasan panas lah, berkeringat, takut pingsan, upacara membuang-buang waktu dll.
5. Lain lagi upacara bendera di kalangan mahasiswa. Mungkin mahasiswa sekarang akan melaksanakan upacara bendera 1x dalam setahun bahkan tidak sama sekali. Bagaimana tidak saat ini di Universitas tidak ada kebijakan tentang adanya upacara bendera hari senin yamg biasa diadakan di jenjang sekolah terdahulunya (SD, SMP, SMA). Kalaupun ada mungkin hanya upacara kemerdekaan itupun jika mereka mengikutinya. Hal itu mengakibatkan semakin lemahnya semangat nasionalisme yang terdapat di lingkungan Universitas.
6. Nah berbeda lagi dengan upacara bendera para pegawai instansi. Saat upacara bendera banyak pegawai instansi hanya menganggap acara besar ini sebagai acara rutin sehingga dianggap sudah biasa. Pelaksanaan upacara bendera bagi mereka mungkin hanya bersifat seremonial belaka atau mungkin mereka mengikuti upacara bendera untuk sekedar hormat atau lebih bisa dibilang "takut" pada atasan. Sekedar datang absensi dan melakukan upacara dengan ogah-ogahan. Sering kita melihat di TV para pegawai instansi mencopot sepatu hak tinggi nya dan duduk santai ditengah-tengah upacara dengan alasan capek dll. Kita melihat yang benar-benar melakukan upacara hanya yang berada di barisan terdepan. Seharusnya pada kesempatan seperti itu, para pegawai instansi yang notabene sudah dewasa lebih memahami dan menumbuhkan rasa nasionalisme dengan mengikuti upacara bendera dengan khidmat. Karena upacara adalah sebuah hari dimana kita mengormati dan menghargai para pejuang dan pahlawan yang berjuang, berkorban dan berperang demi memerdekaan suatu negara dari tangan penjajah.
7. Jika kita melihat alasan masyarakat umum. Mereka mempunyai alasan lain yaitu mengatas namakan pekerjaan, upacara tidak mempunyai pengaruh dengan kehidupan sehari-hari, tidak punya waktu dan berbagai alasan lainnya.
8. Alasan kemiskinan. Banyak orang berkata "Jangankan memikirkan upacara bendera, untuk mencari makan sehari-hari susahnya minta ampun". Miris.
Bila dibandingkan dengan dulu. Dulu upacara bendera dapat berlangsung dengan sangat khidmat karena masyarakat dulu, yang pernah mengalami betapa beratnya memperoleh kemerdekaan, sangat bangga sekaligus terharu ketika melihat bendera kita berkibar. Bisa dibayangkan upacara jaman dulu sangan berkesan, itu sangat berbeda dengan saat ini.
Bila kita melihat kesisi kota besar kini rasa nasionalisme kian memudar karena banyaknya faktor-faktor.
Faktor lingkungan, ekonomi, sosial, politik, bahkan agama yang baru-baru ini santer terdengar. Yaitu "upacara bendera dikatakan musrik" KLIK
Padahal bila kita melihat lebih jauh. Saat ini masih dapat terlihat segelintir para pejuang veteran yang masih tersisa. Dari situ kita dapat pelajaran bahwa dengan kondisi yang renta mereka dapat berdiri tegak sambil menghormat bendera merah putih dengan penuh semangat dan rasa bangga. Bahkan mereka akan semangat bila kita ingin mendengarkan cerita masa mudanya, mereka akan menggebu-gebu menceritakan masa mudanya dulu yang sangat menjunjung patriotisme. Mereka tidak menuntut apa-apa.
Lalu kenapa pemikiran masyarakat sekarang berbeda dengan yang dulu ? Apakah mungkin karena masyarakat sekarang tidak mengalami apa yang dinamakan zaman penjajahan, mereka jadi tidak tahu bagaimana rasanya berjuang ?
Atau karena di sini adalah Indonesia mereka menganggap bendera Indonesia berkibar adalah hal yang lumrah ?
Atau karena kecanggihan tekonologi sehingga upacara bendera klasik itu tergeser perannya ?
Atau karena penanaman kesadarn individu yang kurang mengahargai jasa pahlawan ?
Atau karena peran orang tua, lingkungan seta sekolah yang kurang memberikan arti penting upacara bendera, sehingga mereka lebih melihat upacara bendera sebagai kegiatan paksaan yang melelahkan ?
Atau karena mereka sudah tidak cinta Indonesia ???
Saya pernah membaca sebuah artkel tentang masih adanya sisa-sisa semangat nasionalisme upacara bendera. Semangat nasionalisme disuatu daerah pedalaman. di puncak Gunung Mbeliling yang berada di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
"Jauh di ketinggian 1.312 meter di atas permukaan laut, upacara Hari Kemerdekaan RI ke-67 digelar. Upacara yang tidak kalah khidmatnya ini baru pertamakalinya digelar di puncak Gunung Mbeliling yang berada di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat pagi 17 Agustus 2012.
Vep kecil mendapat tugas membawa bendera yang sudah diikatkan di tongkat kayu dari kaki gunung hingga ke puncaknya. Waktu yang ditempuh dari Kampung Rangat, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling menuju puncak gunung menempuh waktu 3 jam perjalanan. Jaraknya sekitar 6 kilometer.
Vep sambil membawa bendera merah putih berjalan menerobos jantungnya hutan Flores. Vep berjalan bersama puluhan warga yang akan mengikuti upacara di puncak gunung. Semua berjalan penuh semangat. Orang dewasa dan anak-anak.
Lelah berakhir lega saat bendera dan peserta upacara menyentuh puncak. Pengibaran sang saka merah putih akan segera dilakukan.
Upacara dipimpin langsung putera kepala suku Dalong. Masyarakat yang lain mendapat peran masing-masing mulai dari pembacaan teks Pancasila, Proklamasi dan pembacaan UUD 45. Semua dibawakan warga yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani.
Upacara ini tak kalah khidmatnya dengan yang digelar di Istana Negara. Tali bendera untuk mengerek bendera menggunakan tali rotan mentah. Kostum peserta upacara sederhana layaknya kostum harian petani; kain sarung dengan parang kerja di pinggang. Sang merah putih pun berkibar gagah di atas puncak gunung Flores bagian barat itu."
Dari cerita diatas kita sedikit tau makna upacara bendera yang sebenarnya. Kenapa seorang vep kecil rela menuju puncak gunung menempuh waktu 3 jam perjalanan dengan jarak sekitar 6 kilometer. Rela berjalan menerobos jantungnya hutan Flores. Ya itu karena menurut tokoh masyarakat Dalong upacara pengibaran bendera baru pertama kali ini dilakukan.
Dan kenapa dilakukan Puncak Mbeliling, itu karena disana ada jejak perjuangan gerilya pada zaman perjuangan dulu. Tujuan upacara bendera ini adalah untuk mengenang kembali jasa-jasa pejuang Manggarai melawan kolonial.
Upacara bendera ini juga dihari oleh belasan pekerja media lokal dan wisatawan asing. Itu mebuktikan betapa istimewanya makna upacara bendera di masing-masing negara.
Pemandangan di puncak Flores itu sungguh mengagumkan.
Sama seperti dulu, upacara bendera zaman dahulu juga tak kalah mengagumkan ada banyak cerita dari para veteran dan kakek nenek kita di jaman dulu di saat bendera merah putih dinaikkan. Di saat itu pula beberapa pengendara motor dan pejalan kaki yang melintas di depan lapangan sekolah berhenti, mereka ikut hormat dan menyanyikan lagu dari luar pagar. Dan yang mengagumkan beberapa diantaranya adalah orang-orang tua yang sudah ringkih. Itu membuktikan bahwa betapa hebatnya makna upacara bendera itu.
Di zaman modern seperti sekarang ini, rasa nasionalisme sudah sangat jarang terlihat. Tidak seperti rasa nasionalisme yang dimiliki para pahlawan saat dulu berperang untuk kemerdekaan negara kita.
Kita sebagai warga negara merdeka selayaknya mewarisi semangat para pejuang kemerdekaan itu.
Sehingga upacara tersebut tak lebih dari sekedar formalitas dan bahkan bukan merupakan sebuah paksaan. Bung karno sendiri mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Bagaimana kita bisa menghargai pahlawan jika ternyata dalam setiap upacara saja kita tidak menghargainya, salah bila menganggap satu jam berada di halaman sekolah itu sebagai bentuk formalitas yang melelahkan.
Dengan upacara bendera bentuk penanaman kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyrakat sudah tercermin di dalam kehidupan nyata kita.
Jangan sampai semangat patritisme kita dalam melaksanakan upacara bendera guna mengenang jasa para pahlawan dikalahkan dengan robot "LAGI"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar