Rabu, 04 Desember 2013

Sekilas Tentang Hutang Indonesia



Hutang Indonesia berawal sejak jaman penjajahan Belanda. Ketika Indonesia merdeka, bahkan hutang jaman Belanda pun diwarisi pada Indonesia. Meski demikian, hutang ini tidak pernah dibayar oleh pemerintahan Soekarno. Hutang Indonesia paling minim terjadi pada jaman Soekarno. Pada jaman Soeharto, seperti sudah diketahui umum, hutang Indonesia meningkat. Hutang ini terus diwariskan pada masa Habibie dan Abdurrahman Wahid. Hutang Indonesia pernah menurun pada jaman Megawati. Meski demikian, cara beliau menurunkan hutang menimbulkan kontroversi karena banyak aset bangsa yang dijual, bahkan ketika itu BUMN yang sehat pun dijual demi membayar hutang. Namun, penyerapan anggaran yang diperoleh melalui hutang terjadi maksimal pada masa Megawati. Meski demikian, Megawati mewarisi hutang yang besar pada masa pemerintahan SBY. Dan hutang pada masa pemerintahan SBY selama 2 periode pemerintahan terus meningkat.

Kondisi bangsa saat ini terlihat seperti gali lubang-tutup lubang. Hampir semua lini dibiayai oleh hutang. Tahun ini dikabarkan penerimaan pajak menurun. Yang mengkhawatirkan, setelah penerimaan pajak menurun, justru hutang Indonesia bertambah. Tercatat hutang RI kini naik menjadi Rp. 2.023,72 triliun pada April 2013 dibandingkan Rp. 1.975,42 pada akhir 2012.

Pemamfaatan uang pinjaman yang tidak produktif menjadi salah satu alasan jumlah pinjaman Indonesia semakin membengkak. Utang kita pun selama ini tidak pernah produktif untuk pembangunan infrastruktur, lebih banyak dijarah oleh Nazarudin dan kawan-kawannya,

            Indonesia berhutang dan lebih banyak dihabiskan untuk keperluan rutin, seperti pembiayaan perjalanan
dinas, membayar pegawai pemerintah, dan dikorupsi. Akibatnya, dari generasi demi generasi jumlah utang semakin besar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar